Selasa, 31 Desember 2019

Koneksi, Kuda Pacu Terbaik Untuk Sukses Karier Anda!

Oleh : Bambang Haryanto

Saya tidak tahu nama kuda yang menjadi latar depan pemotretan matahari terbit di Gunung Bromo ini. Yang saya tahu, "A Horse With No Name" adalah salah satu lagu favorit saya dari band America. Single keduanya juga saya suka,"I Need You."

I need you like the flower needs the rain
You know I need you, guess I'll start it all again
You know I need you like the winter needs the spring
You know I need you, I need you.

Kuda menjadi metafora bukunya pakar pemasaran terkenal Al Ries dan Jack Trout berjudul Horse Sense: The Key to Success is Finding a Horse to Ride (1991). Menurutnya, untuk sukses kita harus menemukan dan menunggang kuda yang terbaik.

Kerja keras, IQ sampai ijasah termasuk kuda yang jelek. Perbandingan sukses mengandalkan hal itu hanya berkisar satu banding 50-100. 

Kuda bagus antara lain perusahaan, kreativitas, hobi dan publisitas, peluangnya satu dari 10-25. 

Kuda yang hebat adalah produk, gagasan,orang lain, mitra kerja, pasangan hidup dan keluarga. Peluang suksesnya satu dari 2-7.

Selamat memilih kuda Anda yang terbaik dan selamat berpacu di tahun 2020 yang segera tiba. Sukses untuk Anda semua.
  
 
#koneksiitukunci

Sabtu, 23 November 2019

Koneksi dan Ancaman Tertebas Pedang PHK

Oleh : Bambang Haryanto

Pedang PHK itu jatuh. Lebih dari puluhan wartawan dan staf kehilangan pekerjaan. Penetrasi dunia digital yang masif telah menggerus kue bisnis media cetak sebagai penyebab utama terjadinya PHK. 

Ada yang ikhlas. Ada yang memberontak. Ada pula, ini agak aneh,  dirinya tidak ikut kena PHK walau sebenarnya dia menginginkannya. 

Beberapa bulan kemudian niat dia untuk ikut di-PHK itu terkabul. Karena penerbitan tersebut dilikuidasi. Berhenti terbit sama sekali.

Ada kenalan saya yang ikut jadi korban PHK itu. Tetapi akhirnya bisa survive. Karena selama jadi jurnalis dia banyak berinteraksi dengan atlet, pelatih, petugas medis sampai pengurus, sampai menjadi sahabat pribadi. Kalau ada waktu luang, ia datang ke tempat latihan para atlet. Cari-cari kabar segar dan ngobrol sana-sini. Networkingnya jalan.

Ketika beberapa atlet top yang sudah pensiun ada yang membuka usaha, saudara saya itu diminta untuk menjadi konsultan humas.Juga dilibatkan dalam beragam proyek-proyek pemasaran terkait olahraga tersebut. Menjadi komentator di televisi nasional.

Sementara sebagian temannya semata menjadi wartawan an sich. Menulis berita. Browsing berita-berita dari Internet. Lebih banyak porsi waktu kerjanya ada di depan layar komputer. Sehingga ketika pedang PHK jatuh mereka tidak banyak memiliki koneksi yang bisa membantu dalam memperoleh pekerjaan barunya.

Inti pelajaran dari cerita ini : "berbisnislah" selagi Anda masih memiliki pekerjaan tetap. Terutama bisnis dalam menggalang koneksi atau jejaring di kalangan industri dan luar industri Anda. Berikan value pada mereka. 

Juga terus berinvestasi untuk bagian tubuh leher ke atas Anda!

#koneksiitukunci
#networking
#phk
#strategikarier

Kamis, 14 November 2019

Mendengar, Senjata Ampuh Menggalang Koneksi

Oleh : Bambang Haryanto

Erika. Wartawati acara hiburan televisi. Sosoknya tinggi. Menawan. Jangan bayangkan dia seperti Oriana Fallaci, wartawati asal Italia yang galak, suka berbantah dan legendaris itu.

Erika ditemani bloknot,pena dan awak kamera. Beragam pertanyaan yang dia ajukan semata membuat yang diwawancarainya merasa sebagai winner. Dia bertanya. Mendengarkan. Mencatat.

Kalau John Gray yang terkenal dengan bukunya pria dari Mars dan perempuan dari Venus pernah menulis bahwa semakin didengarkan maka semakin royal, obral, pria dalam bercerita, maka itulah yang terjadi. Erika meraup semakin banyak dan semakin kaya informasi untuk bahan mata acaranya.

Dia memperoleh berkah. Karena memberi atensi. "Salah satu wujud paling tulus dari rasa hormat adalah mendengarkan apa yang diucapkan oleh orang lain." Kata Bryant H McGill. Tapi jangan anggap mendengarkan itu mudah. Pak Covey bilang, "kita cenderung mendengarkan bukan untuk memahami,tetapi untuk bereaksi."

"Seorang pendengar yang baik," simpul Les Giblin dalam Skill With People (2001), "selalu berhasil jauh melampaui seorang pembicara yang baik dalam hal mendapatkan afeksi orang lain."

Dalam strategi berburu pekerjaan secara agresif lewat berkoneksi, Anda bisa memperoleh afeksi dari mitra atau calon bos Anda dengan bertanya,  mendengarkan dan mencatat. Meneladani apa yang dilakukan oleh Erika.

Minggu, 10 November 2019

TTS, Negroponte dan Kiat Berkoneksi

Oleh : Bambang Haryanto

Teka-teki silang. Anda menyukainya? Kalau Anda perempuan dan menyukai TTS, terimalah pujian dari aktor Hollywood Chris Pine. "Bagi saya, perempuan yang seksi adalah mereka yang pintar mengisi TTS." Hmm.

Ada orang pintar lain yang juga terkait TTS. Nicholas Negroponte, pendiri Media Lab dari MIT. Dijuluki sebagai Thomas Jefferson-nya revolusi digital. Pada tanggal 30 September 1996 dia berorasi di Jakarta.

Dalam bagian akhir buku fenomenalnya, Being Digital (1995), dia cerita tentang lomba TTS untuk mahasiswanya. Ada dua regu. Satu regu diminta mencari jawaban di perpustakaan. Regu lain, blusukan di stasiun, bertanya kepada sembarang orang yang dijumpainya.

Buku Being Digital adalah buku teknologi yang endingnya membuat saya menangis. Karena tersentuh rasa optimistis dia bahwa dunia digital akan memberi kemaslahatan bagi umat manusia.

Satu contoh, adalah cita-cita Negroponte yang ingin menyambungkan silaturahmi antar-generasi. Di AS disebut ada 30 juta pensiunan yang pengetahuan dan kearifannya masih terpendam, menunggu kontak dialog dengan generasi muda melalui dunia maya.

Cita-cita itu bisakah dikloning di negara kita? Saya tidak tahu. Sedikit ilustrasi : sebagai generasi Boomer tentu saya senang bisa bereuni dengan teman-teman lama, lewat Facebook, misalnya.

Termasuk dengan beberapa teman yang dulu sebagai bekerja di media. Tetapi mana tulisannya kini yang mantul di dunia maya? Tidak banyak dari mereka, juga para dosen dan cendekiawan lainnya, yang terus menulis secara serius di dunia maya. Kata orang, mungkin mereka dulu menulis karena mencari nafkah semata. Setelah pensiun,ya, tidak tergerak menulis lagi.

Kembali ke lomba TTS.

Pemenangnya adalah regu yang blusukan di stasiun-stasiun. Dalam konteks strategi berburu pekerjaan fakta itu mengukuhkan mantra ini : berkoneksi adalah kunci keberhasilan!

Rabu, 25 September 2019

Ketika Nama Bukan Hanya Sebuah Nama

Oleh : Bambang Haryanto

Letnan kolonel Yoseph Smith. Tegar, concierge hotel kapsul Surabaya. Pak Madi, pemeriksa tiket kereta api Stasiun Gubeng Surabaya. Rohmad. Juri.

Saya mengenal nama-nama mereka, baru-baru saja ini. Sebagian dari membaca di pakaian mereka. Atau menanyakannya. Lalu saya sebutkan nama mereka tersebut dalam percakapan.

Nama menyimpan keajaiban bagi pemiliknya. Pernahkah Anda berada di tengah jubelan orang dan tiba-tiba nama Anda disebut atau dipanggil, Anda pun dijamin segera bereaksi terhadapnya.

Nama adalah musik yang paling indah dan bahasa yang paling penting dalam setiap bahasa.Terutama bagi sang empunya. Begitu sabda Dale Carnegie.

Jadi, bila Anda mengirimkan surat lamaran dengan menyebut nama pejabat yang Anda kirimi, Anda ibarat telah  melakukan konser indah di benak dirinya. Anda. Hal ini jauh lebih berdampak baik dibanding bila Anda melakukan sebaliknya.

Saya pernah mengalami, seorang teman, kenalan, tetapi dalam setiap.kontak komunikasi dia tidak pernah mau menyebut nama saya. Saya pun berusaha memakluminya.

Bagaimana pengalaman Anda ?
Yang sudah mengalaminya, saya nantikan ceritanya ya?

Letnan kolonel Yoseph Smith. Tegar, concierge hotel kapsul Surabaya. Pak Madi, pemeriksa tiket kereta api Stasiun Gubeng Surabaya. Rohmad. Juri.

Saya mengenal nama-nama mereka, baru-baru saja ini. Sebagian dari membaca di pakaian mereka. Atau menanyakannya. Lalu saya sebutkan nama mereka tersebut dalam percakapan.

Nama menyimpan keajaiban bagi pemiliknya. Pernahkah Anda berada di tengah jubelan orang dan tiba-tiba nama Anda disebut atau dipanggil, Anda pun dijamin segera bereaksi terhadapnya.

Nama adalah musik yang paling indah dan bahasa yang paling penting dalam setiap bahasa.Terutama bagi sang empunya. Begitu sabda Dale Carnegie.

Jadi, bila Anda mengirimkan surat lamaran dengan menyebut nama pejabat yang Anda kirimi, Anda ibarat telah  melakukan konser indah di benak dirinya. Anda. Hal ini jauh lebih berdampak baik dibanding bila Anda melakukan sebaliknya.

Saya pernah mengalami, seorang teman, kenalan, tetapi dalam setiap.kontak komunikasi dia tidak pernah mau menyebut nama saya. Saya pun berusaha memakluminya.

Bagaimana pengalaman Anda ?
Yang sudah mengalaminya, saya nantikan ceritanya ya?

Selasa, 20 Agustus 2019

Bila di Linkedin Hanya Berteman Dengan Hantu?


Oleh : Bambang Haryanto

Lurker. Itukah diri Anda? 

Lurker adalah sebutan bagi pemilik akun media sosial yang hanya membaca-baca postingan orang lain dan tidak pernah tampil ikut bersuara. Ibarat jadi hantu. 

Untuk peniti karier dan pemburu pekerjaan, dengan nrimo sebagai lurker saja, duuh,  betapa potensi dahsyat dari LinkedIn ini jadi sia-sia belaka. 

Bukankah kita ingat bunyi pepatah, jauh di mata, jauh di hati?  Tak kenal maka tak sayang. Sementara Woody Allen bilang, bahwa 80 persen kunci sukses adalah mejeng. 

Mari kita mejeng di Linkedin dengan menulis. Seorang Guy Kawasaki mengajak Anda untuk menulis. 

"Menulislah! Anda tidak perlu pelatihan, izin, atau persetujuan dari siapa pun. Menulislah!"

Dia bilang, inspirasi untuk menulisnya itu dari buku If You Want to Write, karya  Brenda Ueland, guru besar kepenulisan dari University of Minnesota. Katanya, buku tersebut  telah memberdayakannya untuk berpikir secara bebas, kreatif dan berani. 

"Meskipun saya bukan 'penulis'  dalam pikiran siapa pun, termasuk saya sendiri, semangat itu saya aktifkan ketika saya menulis buku pertama saya, The Macintosh Way. 

Buku tersebut membantu saya menjadi seorang penulis dengan menghilangkan batasan yang saya tempatkan pada diri saya sendiri !"

Kita nantikan tulisan Anda. 

Minggu, 18 Agustus 2019

LinkedIn Pemicu Dusta dan Dosa?

Oleh : Bambang Haryanto 


Di media sosial lain, pesan foto di atas ini saya rasa ada benarnya. 

Ada rasa aneh, weird, saat saya kepingin atau harus memberi jempol untuk status saya sendiri. 
Apa Anda juga merasakan serupa? 

Tetapi di Linkedin saya beberapa kali membaca pesan dari para influencers dengan tips menggelitik. Yakni agar kita selalu memberi jempol untuk setiap status yang kita tulis. Juga untuk setiap menulis komentar yang kita berikan bagi status teman LinkedIn lainnya. 

Usul yang benar-benar aneh. Tapi menurut mereka, aksi menjempolin status diri sendiri itu akan mampu membuat algoritma LinkedIn menyambutnya dengan sukacita. 

Mana yang benar? 

Namun  bagi saya, menulis status asli yang pesannya sesuai aspirasi diri, bukan semata kopas atau obral jempol sana-sini, adalah pilihan yang terbaik. 

Sesudahnya, biar sejarah yang menentukannya.

Kamis, 15 Agustus 2019

Apakah koneksi identik dengan kriminalitas?

Oleh : Bambang Haryanto 



The French Connection. 
The Sicilian Connection. 
Mafia Connection. 
Chinese Connection. 
The Salzburg Connection.

Itulah sekadar ilustrasi betapa dunia layar putih banyak film bergenre thriller yang memakai judul kata koneksi itu.

Apakah, antara lain, berkat pengaruh film-film itu sehingga sebagian kita mudah menilai bahwa aktivitas berkoneksi itu berkonotasi buruk? 

Berkoneksi sebagai tindak kejahatan. Aksi gelap di bawah meja. Kongkalikong. Perilaku nepotisme. Menggusur mereka-mereka yang jujur. Menutup pintu peluang bagi mereka yang berprestasi tetapi tidak memiliki koneksi. 

Padahal di sisi lain disebut bahwa formula meraih sukses berkarier itu terdiri dari goal, berkoneksi (networking, berjejaring) dan peran mentor. 

Menurut Anda, bagaimana Anda menentukan mana aksi berkoneksi yang berkonotasi sebagai tindak kriminalitas versus berkoneksi sebagai salah satu kunci penting sukses karier Anda? 

Terima kasih sudah bersedia berbagi.


#koneksiitukunci
#menggalangkoneksi
#sukseskarier

Sabtu, 06 Juli 2019

Epistoholik, Shifting Gear dan Kesulitan Pemburu Pekerjaan Menulis Surat Lamaran

No Oleh : Bambang Haryanto

Dua tokoh psikologi Universitas Indonesia. Sarlito Wirawan Sarwono. Tika Bisono. Ditambah Maria Hartiningsih, wartawan senior Harian Kompas. 

Mereka bertiga yang akan mewawancarai 20 kontestan guna memilih 10 orang sebagai pemenang kontes Mandom Resolution Award 2004. Dari ribuan kontestan yang mengirimkan ide resolusinya, saya bisa masuk dalam kelompok 20 finalis tersebut. 

Resolusi saya adalah gagasan memanfaatkan blog sebagai senjata sosialisasi kaum epistoholik dalam menyebarkan gagasan manfaat penulisan surat-surat pembaca bagi masyarakat Indonesia. 

Bertempat di Hotel Borobudur, 26-28 November 2004, kontes dilaksanakan. Bagaimana saya berusaha memenangkan kontes itu? Riset. Riset. Dan riset. Materi sudah saya kuasai, kini tinggal bagaimana strategi menjualnya. Pintu awal untuk "laku" adalah berusaha agar diri saya tidak menjadi orang asing bagi ketiga juri tersebut. 

Dampak positif dari riset itu mengalir sampai jauh. Bahkan beberapa tahun sesudah kontes itu berlangsung, koneksi saya dengan salah satu juri tetap terjaga. Terutama dengan almarhum Prof Sarlito, di mana enam tahun kemudian beliau bersedia menulis khusus mengenai humor untuk ikut mengisi buku humor politik saya, Komedikus Erektus : Dagelan Republik Kacau Balau (2010).

Waktu PDKT untuk ketiga juri itu tiba, yakni saat makan siang bersama di hari pertama penjurian. Saya beruntung dapat giliran penjurian di hari kedua sehingga operasi PDKT saya bisa terlaksana. 

Pertama, saya ngobrol-ngobrol dengan Prof Sarlito. Topiknya, istri beliau adalah kakak kelas saya (jauh) saat saya belajar di kampus Rawamangun. Klik. Kemudian saya ngobrol dengan Tika Bisono. Siapa tak kenal beliau, sebagai psikolog dan penyanyi? Pernah dengar lagu indahnya, "Melati Suci" yang ciptaan Guruh Soekarnoputra? 

Klik lagi. Saat itu saya ingatkan tentang acara seminar strategi berburu pekerjaan di mana Tika Bisono saat itu sebagai salah satu nara sumbernya. Bertempat di Jakarta Design Center, Slipi, tahun 1980-an.

Saya temui saat rehat, saya berikan informasi kepadanya mengenai manfaat buku Dictionary of Occupational Titles (DOT) untuk para pemburu kerja. 

Buku setebal bantal terbitan Depnakernya Amerika Serikat itu berisi data belasan ribu jenis pekerjaan beserta data keterampilan terkait benda-data-orang pada setiap pekerjaan yang ada. 

Sumber DOT ini adalah salah satu panduan kunci bagi setiap pemburu pekerjaan yang ingin tampil profesional untuk lebih berhasil. Karena informasinya dapat dimanfaatkan sebagai sarana mencocokkan keterampilan yang dia miliki dengan tuntutan tiap-tiap pekerjaan yang ingin dia lamar.

Untuk ngobrol dengan Maria Hartiningsih, apa idenya? 

Saya ingat dia pernah menulis tentang gonjang-ganjing dunia pekerjaan di tahun 90-an ketika badai PHK merajalela di dunia. Saat itu peniti karier dipaksa untuk mengubah orientasinya dalam memaknai dunia pekerjaan.

Dia mengutip bukunya Carole Hyatt, Shifting Gears : How to Master Career Change and Find the Work That's Right for You. Dalam buku itu faham bahwa satu pekerjaan untuk seumur hidup, dalam satu perusahaan, adalah faham yang usang. 

Orang kini harus terus memindah-mindah persnelingnya, shifting gears, memperbarui keterampilan dan berusaha terus berburu pekerjaan dalam sepanjang hidup mereka,  agar survive dalam kehidupannya. 

Kebetulan saya punya buku itu. Suatu kebetulan? Serendipity? Kami pun mengobrolkan isinya tentang upaya kaum PHK-wan pada saat itu dalam menemukan pekerjaan baru mereka. 

Ada yang terlewat dalam obrolan. Di buku itu tertulis pendapat bahwa "sebanyak 99 persen pemburu kerja tidak becus dalam menulis CV mereka." 

Anda catat : Pendapat itu tergurat dalam buku terbitan tahun 1992. Kami obrolkan di tahun 2004. Dan kini kita hidup di tahun 2019. 

Mari bercermin : Kalau Anda kini sebagai pemburu kerja yang juga masih mengalami kesulitan yang sama dalam menulis surat lamaran, maka kiranya lanskap dunia berburu pekerjaan belum banyak berubah. 

Mau tak mau, semoga Anda kini mau memelajarinya. Kalau saja Anda seorang epistoholik, yang terbiasa menulis surat-surat pembaca dan bisa dimuat di media massa, belajar menulis surat lamaran secara profesional akan lebih mudah dijalani. 

Tinggal diperkaya dengan perspektif baru, bahwa surat lamaran adalah sarana komunikasi bisnis. Bukan sarana meminta belas kasihan. Melainkan sarana menjual diri secara tertulis guna menawarkan potensi dan keterampilan Anda kepada perusahaan, dengan titik berat bahwa Anda menyatakan diri mampu memberikan solusi untuk kemajuan bisnis mereka. 

Tetapi patut diingat, berburu pekerjaan dengan mengandalkan kepada surat-surat lamaran semata, bukan opsi yang sempurna.  Seperti ujar Dick Bolles, pakar strategi berburu pekerjaan sejak era 70-an, bahwa dunia perusahaan sudah banyak berubah tetapi sebagian besar pemburu pekerjaan tidak berubah. 

Usulnya : aneka ragamkan strategi Anda dalam berburu pekerjaan. Utamanya, titik beratkan kepada strategi yang agresif dan non-tradisional. 

Yakni berjejaring, menggalang koneksi, dan bukankah LinkedIn membuka peluang besar untuk itu? 

Sabtu, 29 Juni 2019

Kiat Sukses Berburu Pekerjaan dari Pasukan Pemadam Kebakaran

 Oleh : Bambang Haryanto



Sibling rivalry. Perseteruan (abadi?) antar-saudara telah menjadi plot utama dari film Backdraft (1991) ini. Ini film tentang perjuangan regu pemadam kebakaran. 

Dalam film ini kita bisa belajar mengenai karakter api dalam suatu bencana kebakaran, dimana dalam suhu tertentu api seolah bisa memiliki "nyawa" dan menantang berdialog dengan para pasukan pemadam kebakaran. Api bisa membesar dan makin ganas atau sebaliknya tergantung dialog antar-keduanya. 

Kisah perjuangan pasukan damkar ini pernah diulas oleh Prof Rhenald Kasali. Yakni tentang ritual mereka seusai tugas pemadaman selesai. Mereka selalu bertemu untuk mendiskusikan keberhasilan atau pun kegagalan atas misi yang baru berlalu. Secara bersama mereka saling belajar, berbagi pengalaman demi meningkatnya kapasitas diri masing-masing. 

Mengapa keteladanan mereka ini tidak mengilhami para pemburu kerja? Dengan membentuk #jobclub untuk menggalang rasa setiakawan, untuk berbagi wawasan dan informasi, demi keberhasilan bersama.

Dalam film Backdraft itu, ketika kota dihantui penjahat pembakar api (arsonist), perseteruan antar-saudara itu bisa mereka sisihkan. Mereka kemudian bekerjasama untuk menanggulangi bencana kebakaran yang terjadi.

Kebersamaan menjadi kunci sukses bersama. 
Bagaimana dengan Anda ?

Kamis, 27 Juni 2019

Agar Anda Sukses Berburu Pekerjaan, Tirulah Kucing Anda!

 Oleh : Bambang Haryanto

Kucing mempunyai sembilan nyawa. Itulah kepercayaan dan juga mitos yang hidup di pelbagai negara.  

Bahkan William Shakespeare menabalkan hal itu dalam kisah drama karyanya yang terkenal, Romeo dan Juliet.  Dalam film, siapa peran Juliet yang Anda kenal : Olivia Hussey atau Claire Danes?

Kucing punya nyawa banyak, di Spanyol  disebut 7 nyawa dan di Arab 6 nyawa, karena kucing memiliki tubuh beragilitas tinggi. Jatuh dari gedung bertingkat atau nyaris tertabrak mobil, dan tetap bisa selamat, mungkin itu alasan kuat dia memperoleh julukan itu. 

Anda sebagai pemburu kerja,  agar sukses, Anda harus pula memiliki 9 nyawa. Nyawa manusia memang tetap satu, namun Anda kini bisa hadir dalam pelbagai presentasi secara simultan di dunia nyata dan dunia maya. Kedua jenis kehidupan itu kini semakin tidak terpisahkan dalam dunia pekerjaan. 

Karena fakta menunjukkan bahwa dewasa ini sebanyak 93% rekruiter atau HRD akan melakukan cek silang atas CV Anda dengan presentasi Anda di dunia maya. Jadi, sejak Anda berkuliah, kelolalah secara bijak "nyawa-nyawa" Anda di Facebook, Instagram, LinkedIn, Pinterest, Snapchat, Tumblr, WhatsApp, Blog, Website dan media digital lainnya. 

Anda siap?! 

 

Senin, 24 Juni 2019

Strategi Sukses Anda Berburu Pekerjaan Model "Perang Bintang"

Oleh : Bambang Haryanto












Kunci rahasia sukses Anda : Sergap dulu lowongan sebelum bocor keluar.
Manfaatkan orang dalam.
Galang koneksi sejak Anda berkuliah.
Dan pelajarilah bagaimana strategi Amerika Serikat untuk berusaha memenangkan Perang Bintang.

Tahun 90-an, di era Perang Dingin, Presiden Ronald Reagan mencanangkan gagasan Inisiatif Pertahanan Strategis untuk menangkal ancaman peluru kendali antarbenua Uni Sovyet saat itu. Cara perang futuristik tersebut saat itu disebut sebagai Perang Bintang. 

Caranya : dengan menempatkan satelit di angkasa yang dipersenjatai sinar laser kuat sehingga mampu menembak jatuh peluru-peluru kendali Sovyet  sebelum mampu menjangkau tanah Amerika Serikat. 

Kapan momen terbaik untuk menembaknya ?
Lihat gambar urutan peluncuran peluru kendali tersebut. 

Dari angka 1 sampai 4 terlihat bagaimana roket peluncur membawa hulu ledak (warna merah) meluncur hingga menembus atmosfir. Pada posisi 5, hulu ledak kembali memasuki atmosfir untuk menuju sasaran. Di dalam hulu ledak itu terdapat tidak hanya satu kepala hulu ledak, melainkan banyak kepala hulu ledak yang masing-masing diprogram untuk menyerang sasaran tertentu (7). 

Dalam  gambar 6, kepala hulu ledak itu menyebarkan chaff, keping-keping logam (bercak putih), untuk mengacaukan peluru kendali lawan yang berusaha mencegatnya.  

Kapan sebaiknya satelit yang bersenjatakan laser menghantam peluru kendali tersebut ? Idealnya adalah saat di antara gambar 1 sampai 4. Sebab kalau pada tahap 5, hulu ledak itu sudah tidak lagi tunggal sehingga merepotkan penembakannya. 

Sebagai pemburu kerja, apa yang bisa kita pelajari dari cerita Perang Bintang tadi ?

Bisa kita ibaratkan bahwa lowongan pekerjaan yang terbuka di perusahaan semula dalam tahap 1 sampai 4, yakni lowongan pekerjaan yang belum diiklankan. Perusahaan pada tahap itu dalam mengisi lowongan adalah terlebih dahulu memeriksa tenaga kerja internal, misalnya untuk dimutasi. Atau naik pangkat.

Atau memeriksa daftar pelamar di waktu yang lalu. 

Cara lainnya, menyampaikan informasi tentang lowongan itu kepada karyawan, untuk bisa menarik saudara, kerabat atau yang dikenal karyawan, untuk melamarnya. 

Inilah saat terbaik Anda untuk melamar pekerjaan. Inilah kondisi yang disebut sebagai lowongan yang tersembunyi, yang besarnya 85% dari lowongan yang ada. Sisanya yang diperebutkan oleh sebagian besar pemburu pekerjaan adalah hanya 15% saja besarnya. 

Kunci suksesnya, jauh-jauh hari Anda harus menggalang koneksi, berusaha mengenal dan dikenal dengan baik orang-orang dalam di pelbagai perusahaan yang menjadi sasaran Anda. 

Sebab kalau lowongan itu sudah sampai di tahap 5, artinya saat lowongan sudah terlanjur diiklankan, maka saingan Anda sudah banyak sekali. 

Ada pendapat ?

#berburupekerjaan
#berburupekerjaanagresif
#koneksiitukunci
#lowongantersembunyi
 

Minggu, 16 Juni 2019

Saat Anda Miskin : Nasehat Jack Ma Untuk Anda

Oleh : Bambang Haryanto

"Saat Anda miskin,
kurangi waktumu di rumah.
Perbanyaklah kegiatanmu di luar. 

Saat kaya, perbanyaklah waktu di rumah, kurangi kegiatanmu di luar. 
Ini adalah seni kehidupan." 

Jack Ma


PS : Saat "miskin" boleh jadi juga termasuk saat berstatus jobless, belum memperoleh pekerjaaan. 

#berburupekerjaan 
#berjejaring
#koneksiitukunci 
#menggalangkoneksi
#networking

Job Club : Ibarat Burung Berbulu Sama Terbang Bersama

Oleh : Bambang Haryanto

Status menganggur bagi pria yang sudah berumah tangga mampu memicu krisis lain. Yakni perceraian. Tetapi bila status menganggur itu dialami oleh sang istri, ancaman perceraian itu tidak terjadi. 

Itulah petikan hasil penelitian Liana Sayer dari Ohio State University, yang  dimuat di situs Livescience (2011). Penelitian dengan responden warga AS itu  menunjukkan bahwa suami tetap sebagai pencari nafkah utama keluarga. Jadi, perceraian  itu diinisiasi oleh istri yang suaminya berstatus menganggur dan juga oleh istri yang berstatus sebagai pekerja. 

Semoga hal di atas itu tidak terjadi pada diri Anda. Karena berstatus menganggur sudah menjadi beban berat bagi kalangan suami. Boleh jadi, suasana rumah menjadi berbeda, dimana hal-hal kecil mudah memicu konflik,  dan tidak semua istri mampu secara terus-menerus menjadi penyemangat bagi suami di masa-masa yang tidak menentu ini. 

Usul-usil saya : suami itu harus mencari sumber tambahan semangat dan inspirasi untuk terus berjuang. Selain berinteraksi di Linkedin maka fihak pertama untuk digandeng sebagai mitra berjuang ya tidak lain adalah kaum sesamanya yang mampu memahami situasi yang sama. Yakni mereka yang sama-sama sebagai pencari kerja. 

Bentuklah job club, klub pencari kerja. Seperti ungkap pepatah di judul tulisan ini, maka aksi bergotong royong akan mampu membuat beban berat jadi lebih ringan bila disandang secara bersama-sama. 

#berburupekerjaanagresif 
#koneksiitukunci
#jobclub

Job Club, Ayo Belajar dari Alcoholics Anonymous !

Oleh : Bambang Haryanto

Kecanduan alkohol di negara AS sudah menjadi penyakit masyarakat yang lama dikenal. Upaya seseorang untuk terbebas dari kecanduan itu selain dengan masuk panti rehabilitasi, juga membangun komunitas sesama mereka. 

Organisasi mereka dikenal bernama Alcoholics Anonymous atau Pencandu Alkohol Tak Bernama. Secara rutin mereka bertemu, berbincang, bertukar pengalaman dan perjuangannya untuk kembali hidup normal tanpa alkohol. Mereka saling memperkuat semangat untuk keberhasilan secara bersama.
 
Problem yang sama-sama mereka sandang berusaha diatasi secara bersama pula, untuk saling menguatkan tekad, demi keberhasilan masing-masing anggotanya. 

Usul-usil : Bagaimana kalau spirit dari organisasi atau komunitas Alcoholics Anonymous tersebut dikopi oleh para sahabat yang kini sama-sama menjadi pencari kerja, dengan membentuk komunitas atau klub pencari kerja? 

#berburupekerjaanagresif 
#jobclub 
#koneksiitukunci

Job Club, Kolaborasi Pemburu Kerja Untuk Sukses Bersama

Oleh : Bambang Haryanto

Sudahkah Anda pernah dengar job club? 
Yakni komunitas dengan anggota para pencari kerja, mereka berinteraksi untuk saling berbagi informasi, berbagi dukungan, agar semua anggotanya mampu meraih keberhasilan,  memperoleh pekerjaan idaman. 

Job club sudah lazim di manca negara. Kendala utamanya di negara kita boleh jadi adalah masih kuatnya mindset kelangkaan yang mengurung luaran produk pendidikan kita.

Bukankah mereka dalam kuliah dipacu untuk mampu meraih peringkat tertinggi, memperoleh gelar cum laude, sebagai label capaian prestasi secara individual diri mereka? 

Sedang dalam job club mensyaratkan terbinanya kerja sama, bukan persaingan, antarmereka. Kerja sama itu bersendikan kepada pola pikir keberlimpahan, sehingga dengan bekerja sama justru membuat keberhasilan sesama anggota klub lebih mudah diperoleh.
#berburupekerjaan
#berburupekerjaanagresif
#jobclub
#kolaborasi 

Bila Anda Merasa Nol Pengalaman Kerja


Oleh : Bambang Haryanto

Tidak sedikit pemburu kerja yang freshgrad jadi frustrasi. Yakni ketika melamar sesuatu lowongan yang mensyaratkan pelamar harus memiliki pengalaman kerja, misalnya1-2 tahun di bidang yang sama. 

Kalau Anda sebagai pemburu kerja yang merasa mentok dengan hal tersebut, saya punya sedikit usulan. Hemat saya, pengalaman kerja sering diartikan secara sempit. Yakni sebagai pengalaman kerja yang memperoleh upah. 

Padahal aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler, berorganisasi di kampus, menjadi relawan sampai magang, semuanya itu adalah juga pengalaman kerja yang berharga. 

Para rekruiter pun memberi apresiasi tinggi terhadap kandidat yang memiliki pengalaman kerja semacam itu. Pengalaman tersebut memiliki nilai lebih yang signifikan ketimbang freshgrad yang ber-IPK  tinggi tetapi sebagai mahasiswa kupu-kupu, kuliah pulang-kuliah pulang belaka. 

Bagi mereka yang kini masih berkuliah, terjunlah dalam beragam aktivitas ekstrakurikuler. Sekaligus mengembangkan jejaring.Ber-networking.

Bila saatnya tiba, Anda tinggal mengasah keterampilan dalam berkomunikasi lisan dan tertulis guna memformulasikan semua pengalaman- pengalaman kerja non-upah itu dalam bahasa dunia pekerjaan ketika diri Anda terjun berburu pekerjaan.

Sukses untuk Anda.